Wednesday, August 7, 2013

Tujuh Menit untuk Dai Cilik Rafiq



Ilmu punya peranan penting dalam hidup manusia. Dengan ilmu, seseorang akan dapat membedakan mana hak dan mana yang batil, mana kawan mana lawan, mana alkohol mana teh botol, mana basudin mana mixadin, mana mang udin mana bik Entin.
 
Suara lantang itu menenggelamkan hiruk pikuk lantai IV Mal Kartini yang sedang ramai. Lafalnya adalah kalimat-kalimat berisi ilmu yang dipadu dengan lelucon cerdas. Namun, dari konstruksi jenis suaranya, sang pemilik suara adalah anak-anak.
 
Benar. Tausiah itu disampaikan oleh Abdul Rafiq Al Fazar. Bocah berumur 13 tahun ini menguasai audiens dengan mengutip ayat dan mensyarahkan secara mantap untuk disampaikan kepada umat. Logat Sundanya membuat penampilannya khas dan mengocok perut penonton.
 
Hari itu, Selasa (23-7), ia sedang tampil pada Lomba Dai Cilik II yang diadakan harian umum Lampung Post.
 
Tema pidatonya saat itu adalah di balik kesulitan ada kebaikan, dan dengan ilmu kita dapat meraih suatu tujuan.
 
Bocah kelas VII Madrasah Tsanawiah (MTs) Miftakhul Ulum, Kotabaru, Kecamatan Padangratu, Lampung Tengah, ini menjadi juara pertama lomba dai tersebut. Panitia mengalokasikan waktu hanya tujuh menit bagi peserta kontes dai yang sudah dua kali diselenggarakan itu.
 
Dia dibimbing Nurman Fauzi, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan sekolahnya. Rafiq tampak menguasai materi dan piawai mengatur gestur tubuhnya saat menyampaikan pesan. Bahkan, sebagai bahan latihan, guru agamanya, Ustaz Nasuha, yang membuatkan teks materi dimodifikasi oleh Rafiq dengan apik. ?Rafiq masih malu-malu. Dan itu harus kami yang yakinkan dia,? ujar Nurman.
Rofiq memang sudah cukup punya pengalaman soal berceramah. Ia sejak kelas III SD sudah bercita-cita ingin menjadi dai kondang. "Saya ingin menjadi seperti almarhum Ustaz Jeffry Al Buchori," kata dia.
 
Datang dengan kepercayaan penuh, Rofiq tampil berbaju koko putih, celana hitam, berkopiah hitam, lengkap dengan serban putih bermotif batik. Leluconnya yang khas mampu menyakinkan hati tiga juri. Juri yang terdiri dari Lukman Hakim (Lampung Post), Ustaz H. Mansyuri Ismail (MUI Provinsi Lampung), dan Dimas Raya (Pondok Pesantren Daarul Quran Lampung) mengganjarnya dengan juara pertama.
 
Untuk persiapkan lomba ini Rofik sampai harus membolos sekolah selama tiga hari. Tetapi, dia bersyukur sekolah mengizinkannya. Meski dalam kondisi libur, dia tidak berleha-leha. Sambil kumpul bersama keluarga, dirinya juga rutin mendalami mengaji sambil rutin belajar.
Bahkan semasa lomba tersebut, cowok cilik yang senang berpenampilan sederhana ini lebih intensif mendalami latihan.
 
Pencapaiannya menjadi juara I ini karena rasa penasarannya yang setiap lomba selalu di posisi finalis tiga besar. Makanya sejak itu dalam berbagai kesempatan lomba, dia selalu persiapkan dengan baik, termasuk selalu tancapkan diri untuk selalu rajin belajar, tetap semangat, dan tidak putus asa.
Meski semangatnya tak pernah surut untuk menjadi seorang dai terkenal. Dia sampai harus sekolah dua kali, ketika paginya tetap bersekolah di madrasah tsanawiah dan setelahnya tinggal di pondok pesantren yang masih satu gedung dengan sekolah.
 
Pengenalan Rafiq dengan dunia berdakwah saat masih mengenyam bangku madrasah ibtidaiah (MI). Saat itu dia sedang mengikuti acara Rajaban, kemudian diminta guru mengajinya untuk berpidato di depan banyak orang.
 
Awalnya takut dan kurang percaya diri, tetapi lama-kelamaan jadi senang mendalaminya dengan ikut loba-lomba sehingga berlanjut hingga terjun dalam Lomba Dai Cilik Lampung Post 2013.
 
Rafiq menjelaskan dirinya diperintah sang guru untuk berpidato karena temannya itu berhalangan hadir karena sakit. Untuk mengisi kekosongan acara ceramah, akhirnya dia ditunjuk sang guru untuk berceramah di hadapan teman-teman dan gurunya.
 
Dia masih teringat kata sang guru untuk rileks ke panggung dan jelaskan apa yang dia bisa sekalian didalami dengan dalil ayat sucinya.
 
Ke depan, setelah menjadi jawara Lomba Dai Cilik Lampung Post, Rofiq mengaku belum ada persiapan untuk menjadi dai sungguhan. Pasalnya, dia bersama kedua finalis lainnya, Shafira Ajeng Azahara (juara III) dan Diajeng Maulida (juara II), berkesempatan ikut ceramah secara roadshow di berbagai daerah di Lampung bersama Daarul Quran dan ikut terlibat dalam program ceramah yang disiarkan TVRI Lampung.


0 comments:

Post a Comment