LELAKI
tua itu berjalan meringkuk, tangannya yang kurus mengambil sebungkus
nasi pada Ramadan ini ada tambahan satu kotak berisi takjil yang
diberikan seorang pemuda.
Sepertinya dia sudah terbiasa dengan pemberian ini
sehingga tidak perlu lagi berbasa-basi, cukup menyunggingkan senyum
kecil di bibirnya yang kering dan hitam.
Lelaki berbaju lusuh itu memilih pojok Bundaran Gajah Bandar Lampung untuk menikmati pemberian itu. Pelepas lapar hari ini.
Tidak banyak orang yang peduli dengan kondisi
tunawisma seperti bapak tua itu. Hanya terlihat belasan pemuda dan
pemudi yang sibuk membagikan kotak dan bungkusan nasi. Beberapa
pengendara sepeda motor yang melewati perempatan Bundaran Gajah
menjelang magrib juga mendapat bagian agar bisa berbuka di jalan.
Tidak ada yang sia-sia, sebungkus nasi untuk
tunawisma adalah berkah. Itulah kegiatan rutin yang dilakukan Komunitas
Berbagi Nasi Lampung. Komunitas ini dibentuk dari Twitter
@berbaginasiLPG pada 12 Februari lalu, kini mereka sudah tersebar hampir
di seluruh wilayah di Lampung.
"Di Lampung ini masih banyak tunawisma yang tidur di
emperan toko, badan jalan, dan mereka tak memiliki banyak uang untuk
makan," ujar Dhia Fadhilah Fatin, inisiator Komunitas Berbagi Nasi
Lampung. Kini relawan komunitas ini mencapai 20 orang yang terdiri dari
mahasiswa, pengusaha, dan umum.
Dhia bersyukur kini sudah banyak donatur yang
membantu kegiatan mereka. Jika donatur memberikan nasi, mereka yang
membagikan kepada para tunawisma. Namun, jika donatur memberikan uang,
mereka terlebih dahulu membeli berbungkus-bungkus nasi untuk kemudian
dibagikan.
Berbagi nasi ini rutin mereka lakukan setiap Jumat
malam. Khusus Ramadan, mereka mulai membagikan nasi pada sore hari
menjelang buka puasa.
Target utama komunitas ini adalah tunawisma yang
berada di jalanan, pengamen dan para pemulung. Selain itu, mereka juga
membagikan nasi untuk satpam dan tukang becak. Aksi Dhia dan
teman-temannya dimulai dari pukul 21.00 hingga habis nasi yang
dibagikannya. Ada 70?200 bungkus untuk setiap aksinya pada Jumat malam.
Ada tiga rute di tiap aksi malamnya. Rute pertama di
Terminal Rajabasa, Unila, hingga bundaran Hajimena. Rute kedua di Pasar
tengah, Stasiun Kereta Api, lanjut ke Pasar Bambu Kuning, Pasar Tamin,
Pasar Bawah, dan Pasar Tugu. Rute ketiga di Telukbetung, Pasar Kangkung. 'Bagi yang masih tidur kami bangunkan. Permisi pak, kami dari Berbagi
Nasi Lampung mau berbagi nasi," ujar mahasiswa Jurusan Matematika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung ini.
Dhia kerap menemukan kejadian-kejadian haru. Dia
mencontohkan anak-anak jalanan yang mangkal di Pasar Bawah kerap
menghisap lem Aibon. "Alasan mereka dengan ngelem Aibon seharga Rp10
ribu itu bisa tahan dua hari enggak makan," kata Dhia mengutip perkataan
anak-anak kecil itu.
Berbagi nasi, tidak hanya memberi kepada yang lapar,
tapi juga memberi kepada diri sendiri, berupa kepekaan dan kepedulian
dengan sesama. Menurut Dhia, kegiatan ini mengajarkan anak-anak muda
memahami rasa syukur.
Mensyukuri rezeki yang ada dan membaginya dengan
orang lain yang lebih membutuhkan. "Yang mau gabung di komunitas ini
boleh ikut bersama kami membagikan nasi pada malam hari," ujarnya.
0 comments:
Post a Comment