Wednesday, August 7, 2013

Sebungkus Nasi untuk Tunawisma

LELAKI tua itu berjalan meringkuk, tangannya yang kurus mengambil sebungkus nasi pada Ramadan ini ada tambahan satu kotak berisi takjil yang diberikan seorang pemuda.
Sepertinya dia sudah terbiasa dengan pemberian ini sehingga tidak perlu lagi berbasa-basi, cukup menyunggingkan senyum kecil di bibirnya yang kering dan hitam. 
 
Lelaki berbaju lusuh itu memilih pojok Bundaran Gajah Bandar Lampung untuk menikmati pemberian itu. Pelepas lapar hari ini.
 
Tidak banyak orang yang peduli dengan kondisi tunawisma seperti bapak tua itu. Hanya terlihat belasan pemuda dan pemudi yang sibuk membagikan kotak dan bungkusan nasi. Beberapa pengendara sepeda motor yang melewati perempatan Bundaran Gajah menjelang magrib juga mendapat bagian agar bisa berbuka di jalan. 
 
Tidak ada yang sia-sia, sebungkus nasi untuk tunawisma adalah berkah. Itulah kegiatan rutin yang dilakukan Komunitas Berbagi Nasi Lampung. Komunitas ini dibentuk dari Twitter @berbaginasiLPG pada 12 Februari lalu, kini mereka sudah tersebar hampir di seluruh wilayah di Lampung.
"Di Lampung ini masih banyak tunawisma yang tidur di emperan toko, badan jalan, dan mereka tak memiliki banyak uang untuk makan," ujar Dhia Fadhilah Fatin, inisiator Komunitas Berbagi Nasi Lampung. Kini relawan komunitas ini mencapai 20 orang yang terdiri dari mahasiswa, pengusaha, dan umum. 
 
Dhia bersyukur kini sudah banyak donatur yang membantu kegiatan mereka. Jika donatur memberikan nasi, mereka yang membagikan kepada para tunawisma. Namun, jika donatur memberikan uang, mereka terlebih dahulu membeli berbungkus-bungkus nasi untuk kemudian dibagikan. 
 
Berbagi nasi ini rutin mereka lakukan setiap Jumat malam. Khusus Ramadan, mereka mulai membagikan nasi pada sore hari menjelang buka puasa.
 
Target utama komunitas ini adalah tunawisma yang berada di jalanan, pengamen dan para pemulung. Selain itu, mereka juga membagikan nasi untuk satpam dan tukang becak. Aksi Dhia dan teman-temannya dimulai dari pukul 21.00 hingga habis nasi yang dibagikannya. Ada 70?200 bungkus untuk setiap aksinya pada Jumat malam.
 
 
Ada tiga rute di tiap aksi malamnya. Rute pertama di Terminal Rajabasa, Unila, hingga bundaran Hajimena. Rute kedua di Pasar tengah, Stasiun Kereta Api, lanjut ke Pasar Bambu Kuning, Pasar Tamin, Pasar Bawah, dan Pasar Tugu. Rute ketiga di Telukbetung, Pasar Kangkung. 'Bagi yang masih tidur kami bangunkan. Permisi pak, kami dari Berbagi Nasi Lampung mau berbagi nasi," ujar mahasiswa Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung ini.
 
Dhia kerap menemukan kejadian-kejadian haru. Dia mencontohkan anak-anak jalanan yang mangkal di Pasar Bawah kerap menghisap lem Aibon. "Alasan mereka dengan ngelem Aibon seharga Rp10 ribu itu bisa tahan dua hari enggak makan," kata Dhia mengutip perkataan anak-anak kecil itu.
Berbagi nasi, tidak hanya memberi kepada yang lapar, tapi juga memberi kepada diri sendiri, berupa kepekaan dan kepedulian dengan sesama. Menurut Dhia, kegiatan ini mengajarkan anak-anak muda memahami rasa syukur. 
 
Mensyukuri rezeki yang ada dan membaginya dengan orang lain yang lebih membutuhkan. "Yang mau gabung di komunitas ini boleh ikut bersama kami membagikan nasi pada malam hari," ujarnya.


0 comments:

Post a Comment